19/09/12

Mysterious Room (Short Story)


Mysterious Room

Ruangan itu nggak pernah dibuka, selalu sepi, selalu ditutup, dan sangat gelap. Terletak di sebelah kelasku, di lorong sekolah, ruangan itu sangat misterius, kabarnya ditutup sejak 10 tahun lalu, ketika ada kasus bunuh diri disana. Aku selalu penasaran dengan ruangan itu. Setiap aku lewat ruangan itu, seperti ada suara dentingan piano keluar dari sana.
“Bella, are you hear me? BELLA?”, kata Lynn mengagetkanku.
“Emm? Oh? Kenapa?”, tanyaku agak kepo.
“Yaaah, jadi ceritanya kamu bengong nggak dengerin aku?”
“Eh? Emang tadi kamu ngomong apa?”
“HEEEY WE HAVE ANY HOMEWORK TODAY !!”
Alamak, aku dibentak masa. “Eh? Iyaiya maapkan sayaa…”
“Hmm iyaalah! Mikirin siapa sih? Si Arsya? Penting banget mikirin dia? Iyasih mantanmu yang paling kereen, kapten basket lagi! Tapi… Move on dong move on!!”, Kata Lynn sok tau. Arsya itu, mantan pacar paling perfect menurut aku, kakak kelas XI.
“Ewh sotoy banget soktau!”
“Trus apa?”
“Emm, kamu nggak pernah mikirin tentang ruangan sebelah? Tuh ruangan yang selalu ditutup macam gudang kenapa ya hm?”
“Tanya tuh si Mike, yang suka penasaran juga sama tuh ruangan. Kalo aku siiih, EGP, emang gue pikirin”.
Aku langsung meninggalkan Lynn dan berjalan ke kantin. Lynn Reine Scott, sahabat sebangkuku sejak di Amerika. Iya, aku Arbella Yuko Bradley, anak keturunan Jepang Amerika pindahan dari Amerika yang sekarang tinggal di Indonesia. Lynn itu sahabat dari kecil. Ayahnya dan ayahku sahabat baik, sudah seperti keluarga. Ayahnya dan ayahku dipindah tugaskan ke Indonesia, yaa akhirnya kami ikut juga.
“Mike, aku ganggu kamu nggak?”, tanyaku pada Michael Raffi Zein, sahabatku dari Indonesia.
“Oh Bella, kenapa?”
“Aku denger-denger, emm, kamu suka penasaran ya sama ruangan di sebelah kelas kita itu?”


“Oh, itu, iyasih. Kadang-kadang kalo aku lewat situ kayak ada sesuatu yang… yang aku juga nggak bisa jelasinnya. Kenapa sih?”
“Enggak, aku juga kadang ngerasa gitu. Tapi aku pikir, apa aku yang lebay, tapi aku juga penasaran sama ruangan itu. Kapan-kapan kita buka yuk?”
“Eh? Jangan ngaco deh!”
“Seriusan!!”
“Kapan-kapan deh yaaa dadaaah….”
“Eh awas lu ya”
Dan dia pun akhirnya pergi dengan Fachri meninggalkanku sendirian di kantin sekolah. Aku yang sedang duduk sendirian di kantin tiba-tiba…..
“BELLAAAA KEMANA AJA? AYO PULANG PAK SOPIR UDAH NUNGGU!!”, kata Lynn teriak-teriak macam orang gila.
“Kenapa sih kamu? Biasa aja deh!”
“Buruan!”

@ SKIP @

Sampai di rumah aku langsung terbaring lemas di atas kasur, rasanya sangat capek. Aku sampai rumah tepat jam 6 sore karena sekolahku ini sangat jauh dari rumah, sekitar 20 km. Aku tertidur.
Tengtongtengtong…. Ada sms dari Mike?
Inbox   : Bella?
Outbox : hm?
Inbox   : kamu masih penasaran kan sama ruangan itu?
Outbox : iya kenapa?
Inbox   : Emm aku juga penasaran sih, gimana kalo besok kita buka, aku pengen tau apa isinya.
Mataku yang tadinya setengah merem langsung kebuka lebar-lebar baca sms dari Mike.
Outbox : Ayo kapan?
Inbox   : Besok?
Outbox : OK!
Akhirnya besok aku bakal tau apa isinya, setelah bertahun-tahun ruangan itu tidak dibuka. Kira-kira apa isinyaaa? To be continue… *salah!

@ SKIP @

Keesokan harinya, dengan semangat, tapi juga dengan perasaan yang dag dig dug, aku berangkat sekolah tanpa Lynn, dia agak susah bangun tidur, mungkin akan terlambat kalau aku nunggu dia.
Ketika berjalan melewati ruangan itu, aku mengintip sedikit ruangannya, ada sedikit rasa takut yang menyelimutiku, aku cepat-cepat lari dan meninggalkan ruangan itu karena aku takut. Ternyata di kelas sudah ada Mike yang menungguku.
“Bella, nanti jadi atau…”
“Jadi!” Aku memotong perkataannya.
“Ok! Pulang sekolah nanti ya?”
“Sip!”

@ SKIP @

Pulang sekolah..
“Kita nunggu sekolah sepi atau?”, kata Mike.
“Emm, terserah kamu aja, lagian Lynn udah pulang duluan dari tadi”
“Kalo gitu sekarang aja, sekolah juga udah lumayan sepi”
“Okedeh!”
Dengan perasaan antara yakin atau enggak masuk ke ruangan itu, aku beranikan diri buat masuk kesana. Berjalan dibelakang Mike.
Krieeeett… Suara pintu ruangan itu yang dibuka Mike. Ruangan itu sangat kotor, sangat pantas dengan keadaan ruangan yang tidak dibuka selama bertahun-tahun. Aku takut.
“Mike, balik aja yuk? Aku mulai merinding.”, ajakku.
“Dasar penakut! Katanya penasaran!”
“Iyasih tapi…”
“Udah diem aja!”. Mike melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Dia kok bisa nggak takut gitu sih? Padahal itu ruangan gelapnya naudzubillah.
Tap tap tap… Seperti ada suara orang berjalan ke arah kami dan….
“DORR!!”
“KYAAAAAA!!!”
“Sssttt!! Hayo ngapain pada disini? Ayo cepet keluar!”, ternyata suara Pak Bon! Ngagetin banget! Sempat shock loh!
Akhirnya dengan terpaksa kami keluar dari ruangan itu. “Ada apa kalian masuk-masuk ruangan itu? Kalo mau pacaran jangan disitu! Sudah tau ruangannya ditutup!”, kata Pak Bon sok tau.
“Bukan gitu paaak!”, jawabku dan Mike serentak.
“Nah terus?”
“Kami penasaran banget sama ruangan itu. Kenapa nggak pernah dibuka? Emang isinya apaan sih pak?”, Tanya Mike.
“Kalian beneran mau tau kenapa ruangan itu ditutup?”, Tanya Pak Bon serius.
“Iya pak.”
“Kalian sudah dengar kan kabar-kabar kalo sejak 10 tahun lalu ruangan ini ditutup? Pada awalnya ini adalah ruang musik. 10 tahun lalu, ada sepasang kekasih, yang laki-laki kelas XI, yang perempuan kelas X, mereka selalu berduaan bermain musik disini sepulang sekolah. Tapi… Pada hari itu, anak laki-laki kelas XI itu kecelakaan pada waktu mengendarai motor dan meninggal dunia. Perempuan kelas X pacarnya itu sangat shock dan hampir gila. Sejak saat itu, setiap hari dia bermain piano sendirian di ruang musik ini sampai akhirnya dia bunuh diri di ruangan ini. Mungkin karena merasa sangat kehilangan pacarnya itu. Sejak saat itu, semua kegiatan musik dihentikan, ruangan ini ditutup, tidak pernah ada yang membukanya sampai akhirnya kalian masuk kesana hari ini. Kadang-kadang memang ada suara dentingan piano dari ruangan ini.”
Aku dan Mike yang memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulut Pak Bon merasa tak percaya ada kejadian seperti itu di sekolah kami. Kami hanya terdiam mendengarkan cerita Pak Bon tanpa bisa berkata apa-apa.
“Sebenarnya hal ini tidak boleh diceritakan pada siapa pun agar nama baik sekolah kita juga tidak menjadi jelek. Bapak harap kalian bisa menjaga rahasia ini, cukup kalian saja yang tau. Bapak bercerita begini pada kalian agar kalian tidak pernah lagi nekat masuk ke ruangan ini. Mengerti kan?”, Jelas Pak Bon lagi.
“Iya Pak kami janji.”
Kami akhirnya pulang dengan perasaan lega sekaligus tak percaya. Sebenarnya kami juga ingin tau siapa orang-orang yang dimaksud oleh Pak Bon, tapi kami tidak berani banyak bertanya, mendengarkan cerita Pak Bon saja kami sudah merinding

Tidak ada komentar: