Mysterious Room
Ruangan
itu nggak pernah dibuka, selalu sepi, selalu ditutup, dan sangat gelap.
Terletak di sebelah kelasku, di lorong sekolah, ruangan itu sangat misterius,
kabarnya ditutup sejak 10 tahun lalu, ketika ada kasus bunuh diri disana. Aku selalu
penasaran dengan ruangan itu. Setiap aku lewat ruangan itu, seperti ada suara
dentingan piano keluar dari sana.
“Bella,
are you hear me? BELLA?”, kata Lynn mengagetkanku.
“Emm? Oh?
Kenapa?”, tanyaku agak kepo.
“Yaaah,
jadi ceritanya kamu bengong nggak dengerin aku?”
“Eh?
Emang tadi kamu ngomong apa?”
“HEEEY WE
HAVE ANY HOMEWORK TODAY !!”
Alamak,
aku dibentak masa. “Eh? Iyaiya maapkan sayaa…”
“Hmm
iyaalah! Mikirin siapa sih? Si Arsya? Penting banget mikirin dia? Iyasih
mantanmu yang paling kereen, kapten basket lagi! Tapi… Move on dong move on!!”,
Kata Lynn sok tau. Arsya itu, mantan pacar paling perfect menurut aku, kakak
kelas XI.
“Ewh
sotoy banget soktau!”
“Trus
apa?”
“Emm,
kamu nggak pernah mikirin tentang ruangan sebelah? Tuh ruangan yang selalu ditutup
macam gudang kenapa ya hm?”
“Tanya
tuh si Mike, yang suka penasaran juga sama tuh ruangan. Kalo aku siiih, EGP,
emang gue pikirin”.
Aku
langsung meninggalkan Lynn dan berjalan ke kantin. Lynn Reine Scott, sahabat
sebangkuku sejak di Amerika. Iya, aku Arbella Yuko Bradley, anak keturunan
Jepang Amerika pindahan dari Amerika yang sekarang tinggal di Indonesia. Lynn
itu sahabat dari kecil. Ayahnya dan ayahku sahabat baik, sudah seperti
keluarga. Ayahnya dan ayahku dipindah tugaskan ke Indonesia, yaa akhirnya kami
ikut juga.
“Mike,
aku ganggu kamu nggak?”, tanyaku pada Michael Raffi Zein, sahabatku dari
Indonesia.
“Oh
Bella, kenapa?”
“Oh, itu,
iyasih. Kadang-kadang kalo aku lewat situ kayak ada sesuatu yang… yang aku juga
nggak bisa jelasinnya. Kenapa sih?”
“Enggak,
aku juga kadang ngerasa gitu. Tapi aku pikir, apa aku yang lebay, tapi aku juga
penasaran sama ruangan itu. Kapan-kapan kita buka yuk?”
“Eh?
Jangan ngaco deh!”
“Seriusan!!”
“Kapan-kapan
deh yaaa dadaaah….”
“Eh awas
lu ya”
Dan dia
pun akhirnya pergi dengan Fachri meninggalkanku sendirian di kantin sekolah.
Aku yang sedang duduk sendirian di kantin tiba-tiba…..
“BELLAAAA
KEMANA AJA? AYO PULANG PAK SOPIR UDAH NUNGGU!!”, kata Lynn teriak-teriak macam
orang gila.
“Kenapa
sih kamu? Biasa aja deh!”
“Buruan!”
@ SKIP @
Sampai di
rumah aku langsung terbaring lemas di atas kasur, rasanya sangat capek. Aku
sampai rumah tepat jam 6 sore karena sekolahku ini sangat jauh dari rumah,
sekitar 20 km. Aku tertidur.
Tengtongtengtong….
Ada sms dari Mike?
Inbox : Bella?
Outbox : hm?
Inbox : kamu masih penasaran kan sama ruangan itu?
Outbox : iya kenapa?
Inbox : Emm aku juga penasaran sih, gimana kalo besok kita buka, aku
pengen tau apa isinya.
Mataku
yang tadinya setengah merem langsung kebuka lebar-lebar baca sms dari Mike.
Outbox : Ayo kapan?
Inbox : Besok?
Outbox : OK!
Akhirnya
besok aku bakal tau apa isinya, setelah bertahun-tahun ruangan itu tidak
dibuka. Kira-kira apa isinyaaa? To be continue… *salah!
@ SKIP @
Keesokan
harinya, dengan semangat, tapi juga dengan perasaan yang dag dig dug, aku
berangkat sekolah tanpa Lynn, dia agak susah bangun tidur, mungkin akan
terlambat kalau aku nunggu dia.
Ketika
berjalan melewati ruangan itu, aku mengintip sedikit ruangannya, ada sedikit
rasa takut yang menyelimutiku, aku cepat-cepat lari dan meninggalkan ruangan
itu karena aku takut. Ternyata di kelas sudah ada Mike yang menungguku.
“Bella,
nanti jadi atau…”
“Jadi!”
Aku memotong perkataannya.
“Ok!
Pulang sekolah nanti ya?”
“Sip!”
@ SKIP @
Pulang
sekolah..
“Kita
nunggu sekolah sepi atau?”, kata Mike.
“Emm,
terserah kamu aja, lagian Lynn udah pulang duluan dari tadi”
“Kalo
gitu sekarang aja, sekolah juga udah lumayan sepi”
“Okedeh!”
Dengan
perasaan antara yakin atau enggak masuk ke ruangan itu, aku beranikan diri buat
masuk kesana. Berjalan dibelakang Mike.
Krieeeett…
Suara pintu ruangan itu yang dibuka Mike. Ruangan itu sangat kotor, sangat
pantas dengan keadaan ruangan yang tidak dibuka selama bertahun-tahun. Aku
takut.
“Mike,
balik aja yuk? Aku mulai merinding.”, ajakku.
“Dasar
penakut! Katanya penasaran!”
“Iyasih
tapi…”
“Udah
diem aja!”. Mike melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Dia
kok bisa nggak takut gitu sih? Padahal itu ruangan gelapnya naudzubillah.
Tap tap
tap… Seperti ada suara orang berjalan ke arah kami dan….
“DORR!!”
“KYAAAAAA!!!”
“Sssttt!!
Hayo ngapain pada disini? Ayo cepet keluar!”, ternyata suara Pak Bon! Ngagetin
banget! Sempat shock loh!
Akhirnya
dengan terpaksa kami keluar dari ruangan itu. “Ada apa kalian masuk-masuk
ruangan itu? Kalo mau pacaran jangan disitu! Sudah tau ruangannya ditutup!”,
kata Pak Bon sok tau.
“Bukan
gitu paaak!”, jawabku dan Mike serentak.
“Nah
terus?”
“Kami
penasaran banget sama ruangan itu. Kenapa nggak pernah dibuka? Emang isinya
apaan sih pak?”, Tanya Mike.
“Kalian
beneran mau tau kenapa ruangan itu ditutup?”, Tanya Pak Bon serius.
“Iya
pak.”
“Kalian
sudah dengar kan kabar-kabar kalo sejak 10 tahun lalu ruangan ini ditutup? Pada
awalnya ini adalah ruang musik. 10 tahun lalu, ada sepasang kekasih, yang
laki-laki kelas XI, yang perempuan kelas X, mereka selalu berduaan bermain
musik disini sepulang sekolah. Tapi… Pada hari itu, anak laki-laki kelas XI itu
kecelakaan pada waktu mengendarai motor dan meninggal dunia. Perempuan kelas X
pacarnya itu sangat shock dan hampir gila. Sejak saat itu, setiap hari dia
bermain piano sendirian di ruang musik ini sampai akhirnya dia bunuh diri di
ruangan ini. Mungkin karena merasa sangat kehilangan pacarnya itu. Sejak saat
itu, semua kegiatan musik dihentikan, ruangan ini ditutup, tidak pernah ada
yang membukanya sampai akhirnya kalian masuk kesana hari ini. Kadang-kadang
memang ada suara dentingan piano dari ruangan ini.”
Aku dan Mike
yang memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulut Pak Bon merasa tak
percaya ada kejadian seperti itu di sekolah kami. Kami hanya terdiam mendengarkan
cerita Pak Bon tanpa bisa berkata apa-apa.
“Sebenarnya
hal ini tidak boleh diceritakan pada siapa pun agar nama baik sekolah kita juga
tidak menjadi jelek. Bapak harap kalian bisa menjaga rahasia ini, cukup kalian
saja yang tau. Bapak bercerita begini pada kalian agar kalian tidak pernah lagi
nekat masuk ke ruangan ini. Mengerti kan?”, Jelas Pak Bon lagi.
“Iya Pak
kami janji.”
Kami akhirnya pulang dengan
perasaan lega sekaligus tak percaya. Sebenarnya kami juga ingin tau siapa
orang-orang yang dimaksud oleh Pak Bon, tapi kami tidak berani banyak bertanya,
mendengarkan cerita Pak Bon saja kami sudah merinding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar